Total PENGUNJUNG Jurnal ini sampai sekarang

Kamis, 25 November 2010

PEMICU UTAMA KONSUMEN MELAKUKAN BOIKOT: SEBUAH STUDI PENDAHULUAN

Oleh : Kresno Agus Hendarto
Staff Balai Penelitian Kehutanan Mataram, NTB

(Dipublikasi : The 4th PPM National Conference on Management Research Jakarta, 25 November 2010, ISSN: 2086-0390, hal. 1-29)

Abstract
Friedman (1985) defines a consumer boycott as an attempt by one or more parties to achieve certain objectives by urging individual consumers to refrain from making selected purchases in the marketplace. In Indonesia, marketing has paid relatively little attention to consumer boycott, so there has been little research into the factor that influences a consumer’s reason to boycott. Empirical research focusing on the consumer boycott generally utilizes survey or laboratory experiments and qualitative, whereas only less studies to date uses a mix methods technique. This paper investigates: (1) what is the primary target of boycott; (2) what is the primary purpose of boycott; and (3) what is the primary reason of boycott by employing two studies (phases), qualitative and quantitative research. The first phase used secondary data from daily mass media reporting interconnected themes on boycott, the result of which was analyzed using content analysis method. The results of the first phase were then used to construct the research questions at second phase. The second phase used primary data from survey. The data was analyzed using analytical hierarchy process (AHP) method. The results showed that corporate, instrumental, and economic are the primary target, purpose, and reason for boycott participation in Indonesia.
Keywords: Boycott, target, purpose, reason, content analysis, prosocial, mixed methods

PENDAHULUAN
Raksasa makanan cepat saji AS, Burger King memutuskan untuk tidak lagi membeli minyak sawit dari Sinar Mas dan anak usahanya. Dengan keputusan ini, maka berarti Burger King bergabung dengan Unilever, Nestle dan Kraft untuk menolak minyak sawit dari Sinar Mas (Detik.Com, 2010). Berita lain, yang lebih baru, adalah ketika Biro Kesehatan Publik Taiwan dan Departemen Kesehatan Taiwan mengumumkan untuk menarik semua mie instan dari Indonesia. Harga saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk berkode INDF dan anak usahanya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk berkode ICBP, merosot tajam pada perdagangan Senin 11 Oktober 2010. Harga penutupan dibanding pada hari sebelumnya (Jumat, 8 Oktober 2010), turun sebesar 4.41% dan 4.35%. Hal ini ditengarai akibat sentimen negatif investor terhadap pemberitaan penarikan mie instan merek Indomie di Taiwan karena diduga mengandung bahan pengawet berbahaya methyl hydroxybenzoate (KOMPAS, 2010).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi yang mendasari individu untuk berpartisipasi dalam boikot. Sehingga . . . . . . .

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).

Butuh Artikel/Jurnal lainnya ?, click di :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar