Total PENGUNJUNG Jurnal ini sampai sekarang

Minggu, 19 Desember 2010

Anda BUTUH Rumah Kontakan/sewaan?

Di kontrakkan minimal SeTahun (TANPA PERANTARA) sebuah Rumah Di Tengah Kota BANDUNG:

Alamat : Jl. Nilem V No.25 Buah batu - Bandung
Luas Rmh : 150 M
Kondisi : Layak huni/Permanen (4 Kamar Tidur, 1 RUtama, 1 RKeluarga, 2 Kamar Mandi, Dapur),
Lokasi Strategis (Dekat Jln Utama, Dekat ke Pertokoan/Pasar, Dekat ke Terminal & Toll. Dekat Kampus / Bank / Hotel)
Fasilitas : Telpon, PDAM 24 jam, PLN 1.300KWh
Cocok Utk : Rumah Tinggal/Kantoran


Contact : Pak KEN (Hp : 0812 2353 284)
e-mail : kana_ati@yahoo.com

http://bandung.olx.co.id/rumah-strategis-dikontrakkan-disewakan-iid-151591067


Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 http://www.rumah.com/listing_details.php?ListingID=115006

Kamis, 25 November 2010

PEMICU UTAMA KONSUMEN MELAKUKAN BOIKOT: SEBUAH STUDI PENDAHULUAN

Oleh : Kresno Agus Hendarto
Staff Balai Penelitian Kehutanan Mataram, NTB

(Dipublikasi : The 4th PPM National Conference on Management Research Jakarta, 25 November 2010, ISSN: 2086-0390, hal. 1-29)

Abstract
Friedman (1985) defines a consumer boycott as an attempt by one or more parties to achieve certain objectives by urging individual consumers to refrain from making selected purchases in the marketplace. In Indonesia, marketing has paid relatively little attention to consumer boycott, so there has been little research into the factor that influences a consumer’s reason to boycott. Empirical research focusing on the consumer boycott generally utilizes survey or laboratory experiments and qualitative, whereas only less studies to date uses a mix methods technique. This paper investigates: (1) what is the primary target of boycott; (2) what is the primary purpose of boycott; and (3) what is the primary reason of boycott by employing two studies (phases), qualitative and quantitative research. The first phase used secondary data from daily mass media reporting interconnected themes on boycott, the result of which was analyzed using content analysis method. The results of the first phase were then used to construct the research questions at second phase. The second phase used primary data from survey. The data was analyzed using analytical hierarchy process (AHP) method. The results showed that corporate, instrumental, and economic are the primary target, purpose, and reason for boycott participation in Indonesia.
Keywords: Boycott, target, purpose, reason, content analysis, prosocial, mixed methods

PENDAHULUAN
Raksasa makanan cepat saji AS, Burger King memutuskan untuk tidak lagi membeli minyak sawit dari Sinar Mas dan anak usahanya. Dengan keputusan ini, maka berarti Burger King bergabung dengan Unilever, Nestle dan Kraft untuk menolak minyak sawit dari Sinar Mas (Detik.Com, 2010). Berita lain, yang lebih baru, adalah ketika Biro Kesehatan Publik Taiwan dan Departemen Kesehatan Taiwan mengumumkan untuk menarik semua mie instan dari Indonesia. Harga saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk berkode INDF dan anak usahanya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk berkode ICBP, merosot tajam pada perdagangan Senin 11 Oktober 2010. Harga penutupan dibanding pada hari sebelumnya (Jumat, 8 Oktober 2010), turun sebesar 4.41% dan 4.35%. Hal ini ditengarai akibat sentimen negatif investor terhadap pemberitaan penarikan mie instan merek Indomie di Taiwan karena diduga mengandung bahan pengawet berbahaya methyl hydroxybenzoate (KOMPAS, 2010).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi yang mendasari individu untuk berpartisipasi dalam boikot. Sehingga . . . . . . .

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).

Butuh Artikel/Jurnal lainnya ?, click di :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU VARIETY SEEKING DARI KONSUMEN ROKOK MILD DI SURABAYA

Oleh : Yusuf Tikupadang & Wiyono Pontjoharyo
(Dipublikasi : The 4th PPM National Conference on Management Research Jakarta, 25 November 2010, ISSN: 2086-0390, hal. 1-14)

Abstract
In spite of the bigger pressure on smoking prohibition, as a matter of fact the more people smoke and the more interesting the cigarette market and its derivative industries to grow. Therefore, the research on cigarette market as well as the smoking behavior is still attractive to be done, especially on the “friendlier” cigarette since the milder effect on the smokers‟ side namely as mild cigarette. Starting with Sampoerna as the pioneer of mild cigarette, nowadays most of the cigarette manufacturers have similar kind of mild cigarette to be their preferred product. Variety seeking behavior of mild cigarette smokers is very interesting to be understood both for mild cigarette manufacturer as market leader as well as the competitors, especially for the new comers. The information about variety seeking behavior is very crucial for the market leader to understand how big the threat for keeping the smokers‟ loyalty is. In the other hand, the variety seeking behavior is an opportunity for the mild cigarette manufacturers as market challengers to „steal‟ the market share of the market leader. This study is trying to explain the variety seeking behavior of the mild cigarette smokers, either the hedonic behavior and/or the consumers‟ involvement that have the most influence of the variety seeking behavior. It is revealed that the consumers‟ involvement has a better role on the variety seeking behavior for the mild cigarette smokers.
Key Words: variety seeking behavior, hedonic behavior, consumers‟ involvement.

1. PENDAHULUAN
Eksistensi industri rokok di Indonesia ini semakin mengundang kontroversi. Di satu pihak industri rokok ini ditantang untuk bertumbuh baik dalam kontribusinya pada pendapatan pemerintah Republik Indonesia (RI) melalui cukai. Pada tahun 2010 ini, pemerintah menargetkan pendapatan cukai sebesar 57,2 triliun dari total pendapatan 910,1 triliun (Jawa Pos, 12 April 2010). Selain menyumbang penerimaan dalam bentuk cukai, industri rokok juga merupakan penyumbang pajak yang sangat besar dan mempekerjakan 12-13 juta karyawan pada tahun 2000 (Subandi, 2003). Akan tetapi di lain pihak tekanan dari pihak peduli kesehatan dan lingkungan, semakin mempersulit keleluasaan para perokok untuk memenuhi kebutuhannya. Meskipun fakta banyak menunjukkan bahwa jumlah perokok selain makin bertambah, usia memulai aktivitas merokokpun juga makin muda. Semua hal kontroversi tersebut di atas, pastilah memacu para produsen rokok untuk tetap bermanuver secara kreatif di pasar rokok di negeri ini.
Salah satu bukti kreatifitas dari produsen rokok adalah lahirnya produk rokok mild, yang di satu pihak lebih memenuhi standar formal, di lain pihak tetap menarik bagi para perokok. Pergeseran peta konsumsi rokok bergeser, sejak Sampoerna mulai meluncurkan “A Mild” sebagai jago baru dalam jajaran produknya, sehingga trend konsumsi rokok di Indonesia mulai berubah. Perlahan-lahan, pangsa pasar rokok mild mulai meningkat dan semakin menggerus pangsa pasar rokok kretek yang sekian lama mendominasi. Alasan kesehatan benar-benar ampuh bagi konsumen rokok untuk meninggalkan rokok kretek dan beralih ke rokok mild. Berikutnya, bila diamati lebih khusus, ternyata selain . . . . . . .

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).

Butuh Artikel/Jurnal lainnya ?, click di :