Oleh : Yusuf Tikupadang & Wiyono Pontjoharyo
(Dipublikasi : The 4th PPM National Conference on Management Research Jakarta, 25 November 2010, ISSN: 2086-0390, hal. 1-14)
AbstractIn spite of the bigger pressure on smoking prohibition, as a matter of fact the more people smoke and the more interesting the cigarette market and its derivative industries to grow. Therefore, the research on cigarette market as well as the smoking behavior is still attractive to be done, especially on the “friendlier” cigarette since the milder effect on the smokers‟ side namely as mild cigarette. Starting with Sampoerna as the pioneer of mild cigarette, nowadays most of the cigarette manufacturers have similar kind of mild cigarette to be their preferred product. Variety seeking behavior of mild cigarette smokers is very interesting to be understood both for mild cigarette manufacturer as market leader as well as the competitors, especially for the new comers. The information about variety seeking behavior is very crucial for the market leader to understand how big the threat for keeping the smokers‟ loyalty is. In the other hand, the variety seeking behavior is an opportunity for the mild cigarette manufacturers as market challengers to „steal‟ the market share of the market leader. This study is trying to explain the variety seeking behavior of the mild cigarette smokers, either the hedonic behavior and/or the consumers‟ involvement that have the most influence of the variety seeking behavior. It is revealed that the consumers‟ involvement has a better role on the variety seeking behavior for the mild cigarette smokers.
Key Words: variety seeking behavior, hedonic behavior, consumers‟ involvement.
1. PENDAHULUAN
Eksistensi industri rokok di Indonesia ini semakin mengundang kontroversi. Di satu pihak industri rokok ini ditantang untuk bertumbuh baik dalam kontribusinya pada pendapatan pemerintah Republik Indonesia (RI) melalui cukai. Pada tahun 2010 ini, pemerintah menargetkan pendapatan cukai sebesar 57,2 triliun dari total pendapatan 910,1 triliun (Jawa Pos, 12 April 2010). Selain menyumbang penerimaan dalam bentuk cukai, industri rokok juga merupakan penyumbang pajak yang sangat besar dan mempekerjakan 12-13 juta karyawan pada tahun 2000 (Subandi, 2003). Akan tetapi di lain pihak tekanan dari pihak peduli kesehatan dan lingkungan, semakin mempersulit keleluasaan para perokok untuk memenuhi kebutuhannya. Meskipun fakta banyak menunjukkan bahwa jumlah perokok selain makin bertambah, usia memulai aktivitas merokokpun juga makin muda. Semua hal kontroversi tersebut di atas, pastilah memacu para produsen rokok untuk tetap bermanuver secara kreatif di pasar rokok di negeri ini.
Salah satu bukti kreatifitas dari produsen rokok adalah lahirnya produk rokok mild, yang di satu pihak lebih memenuhi standar formal, di lain pihak tetap menarik bagi para perokok. Pergeseran peta konsumsi rokok bergeser, sejak Sampoerna mulai meluncurkan “A Mild” sebagai jago baru dalam jajaran produknya, sehingga trend konsumsi rokok di Indonesia mulai berubah. Perlahan-lahan, pangsa pasar rokok mild mulai meningkat dan semakin menggerus pangsa pasar rokok kretek yang sekian lama mendominasi. Alasan kesehatan benar-benar ampuh bagi konsumen rokok untuk meninggalkan rokok kretek dan beralih ke rokok mild. Berikutnya, bila diamati lebih khusus, ternyata selain . . . . . . .
Artikel lengkap dikompilasi oleh/
hubungi :
Butuh Artikel/Jurnal lainnya ?, click di :